

Harga minyak mentah dunia menguat lebih dari US$2 per barel pada Rabu (30/11) waktu AS.
Penguatan terjadi di tengah sinyal pengetatan pasokan, pelemahan dolar AS, dan optimisme pemulihan permintaan cina.
Namun, sumber Reuters mengungkapkan bahwa keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) untuk mengadakan pertemuan pada 4 Desember sebenarnya membawa sedikit kemungkinan perubahan kebijakan. Itu membatasi kenaikan harga minyak.
Tercatat harga minyak mentah berjangka Brent naik US$2,40 atau 2,8 persen menjadi US$85,43 per barel.
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS sebesar US$2,35 atau 3,01 persen menjadi US$80,55 per barel.
Di AS, Administrasi Informasi Energi mencatat bahwa stok minyak mentah Paman Sam turun hampir 13 juta barel, terbesar sejak 2019 untuk pekan yang berakhir 25 November.
Namun, melemahnya permintaan minyak pemanas untuk minggu kedua berturut-turut menjelang musim dingin membatasi dorongan harga.
“Menjalankan semua minyak mentah itu melalui kilang, Anda akan memproses banyak penyulingan … ada alasan untuk khawatir di sini,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Produksi minyak AS juga tercatat naik 2,4 persen menjadi 12,27 juta barel per hari pada September, yang merupakan angka tertinggi sejak dimulainya pandemi Covid-19.
Sementara itu, Kepala Badan Energi Internasional Fatih Birol memperkirakan produksi minyak mentah Rusia akan dibatasi sekitar 2 juta barel minyak per hari pada akhir kuartal pertama tahun depan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menegaskan bahwa Rusia tidak akan memasok minyak ke negara-negara yang memberlakukan batasan harga.
Dari sisi permintaan, dukungan lebih lanjut akan datang dari optimisme pemulihan permintaan di cina, pembeli minyak mentah terbesar dunia.
cina melaporkan lebih sedikit infeksi COVID-19 dibandingkan Selasa sebelumnya.
Sementara itu, pasar berspekulasi bahwa protes akhir pekan dapat mendorong pelonggaran pembatasan perjalanan.
Selain itu, dolar AS yang lebih lemah juga bullish untuk harga karena membuat kontrak minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan mendorong permintaan.