Kenali Cash is The King, Ancaman Baru Perekonomian Indonesia di 2023

Cash is The King
Cash is The King
Cash is The King

Bank Indonesia (BI) memasukkan fenomena uang tunai sebagai raja dalam lima hal yang harus diwaspadai Indonesia tahun depan akibat gejolak ekonomi global.
Maklum, uang tunai adalah raja mencerminkan kepercayaan masyarakat bahwa uang tunai lebih berharga daripada aset investasi lainnya. Fenomena ini terjadi karena ketidakpastian yang tinggi.

“Akibat persepsi risiko tinggi, investor global menarik dananya dari emerging market termasuk Indonesia, dan menempatkannya pada investasi likuid yang mendekati cash,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Economic Prospects dan Policy Mix Directions Bank Indonesia 2023, Jumat (2/2). 12).

Bacaan Lainnya

Mengutip dari Investopedia, ungkapan cash is the king sering digunakan saat harga di pasar sekuritas sedang tinggi dan investor memutuskan untuk menyimpan uangnya saat harga sedang turun.

Istilah ini juga dapat merujuk pada neraca atau arus kas bisnis di mana banyak uang tunai biasanya merupakan tanda positif. Sementara itu, arus kas yang kuat memungkinkan perusahaan lebih fleksibel dalam hal pengambilan keputusan bisnis dan potensi investasi.

Penggunaan istilah uang tunai raja juga bisa merujuk pada bentuk pembayaran. Banyak bisnis hanya menerima uang tunai sebagai bentuk pembayaran, bukan kartu kredit atau cek. Oleh karena itu ungkapan cash is the king muncul.

Investor yang menyukai istilah cash is king akan memilih membeli instrumen utang jangka pendek atau sertifikat deposito daripada membeli surat berharga dengan harga tinggi.

Jika menggunakan strategi cash-holding, investor harus bekerja dengan perencana keuangan untuk memperkirakan kebutuhan uang tunai dan tingkat inflasi pada masa depan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejak krisis keuangan global, perusahaan teknologi seperti Apple dan Amazon telah menimbun uang tunai di neraca mereka daripada membelanjakannya.

Pada tahun 2017, Amazon mengeluarkan banyak uang untuk membeli Whole Foods dan mengirimkan kepanikan melalui industri bahan makanan, dan membuat saham perusahaan seperti Kroger jatuh untuk sementara. Uang tunai memberi Amazon kekuatan untuk melakukan pembelian besar itu dan mengganggu pasar.

Financial Planner Advisor Alliance grup (AAG) Indonesia Dandy mengatakan kemungkinan resesi dalam waktu dekat tentu bisa memengaruhi pasar.

dia mengatakan untuk bersiap menghadapi situasi ini, sebaiknya jangan terlalu rakus dalam mengambil keputusan, termasuk dalam memilih instrumen investasi.

Menurut Dandy, uang tunai bisa menjadi pilihan. Hal ini karena kas merupakan instrumen investasi jangka panjang yang tidak akan terlalu terpengaruh saat terjadi resesi.

“Karena uang tunai dipastikan uang tidak akan ke mana-mana dan bisa disiapkan saat terjadi resesi,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Selain fenomena uang tunai yang menjadi raja, ada empat risiko lain yang akan diwaspadai BI pada 2023. Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun dan bahkan risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Kedua, tingginya tingkat inflasi di berbagai negara. Ketiga, kenaikan suku bunga dari bank sentral AS, The Fed, dan bank sentral negara maju lainnya yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan.

Keempat, terkait penguatan dolar AS yang begitu kuat sehingga menekan berbagai mata uang, termasuk rupiah, kata Perry.

Perry mengatakan dalam menghadapi risiko global tersebut, BI tetap optimis dengan menerapkan bauran kebijakan yang optimal dan bersinergi dengan pemerintah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *