

Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Kamis (24/11/2022). Jika bisa dipertahankan hingga penutupan, maka rupiah akan mencatatkan penguatan selama 3 hari berturut-turut.
Menurut data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan pada Rp15.630/US$, menguat 0,35% di pasar spot.
Menguatnya ekspektasi bahwa bank sentral AS (The Fed) akan melonggarkan laju kenaikan suku bunga membuat rupiah menguat.
Ekspektasi ini muncul setelah kenaikan tingkat pengangguran dan penurunan inflasi di Amerika Serikat. Hal itu diperkuat dengan rilis risalah rapat kebijakan moneter The Fed pagi ini.
Dalam risalah yang dirilis, para pejabat The Fed sepakat untuk segera melonggarkan laju kenaikan suku bunga.
“Mayoritas peserta menganggap pantas untuk segera memperlambat laju kenaikan suku bunga,” tulis risalah tersebut, seperti dilansir CNBC International, Kamis (24/11/2022).
Bank sentral terkuat di dunia itu akan kembali mengadakan pertemuan kebijakan moneter pada pertengahan Desember. Pasar melihat Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% – 4,5% dengan probabilitas 68%, menurut perangkat FedWatch CME grup.
seperti diketahui, The Fed sebelumnya menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak empat kali berturut-turut sehingga suku bunga saat ini sebesar 3,75% – 4%.
Risalah tersebut juga menunjukkan bahwa dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, pejabat Fed dapat mengevaluasi dampak dari kenaikan agresif sebelumnya.
Selain itu, posisi spekulatif investor terhadap dolar AS kini telah berubah menjadi net short untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juli 2021.
Berdasarkan data Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pada pekan yang berakhir 15 November, posisi dolar AS terhadap mata uang utama berbalik arah menjadi net short US$10,5 juta, dari pekan lalu. Posisi pendek bersih berarti lebih banyak investor mengambil posisi menjual dolar. AS terhadap mata uang utama seperti yen, euro, pound, franc Swiss, dolar Kanada, dan lainnya.
Jika net short position terus meningkat, dolar AS dipastikan bisa turun dan rupiah ke depan akan sedikit lebih baik. Sebelumnya, net long (net buy) sebesar US$ 2,36 miliar.