Covid Jepang ada 100 Ribu Kasus, Anak-anak Sehat Meninggal Setelah Terinfeksi

Covid Jepang ada 100 Ribu Kasus
Covid Jepang ada 100 Ribu Kasus
Covid Jepang ada 100 Ribu Kasus

Tidak hanya cina, Jepang juga menghadapi gelombang baru Covid-19 ketika Negeri Matahari Terbit mulai membuka pintunya bagi imigran asing.
Pada tahun 2022, Jepang menghadapi tiga gelombang baru Covid-19, yakni sekitar Januari-Februari, Juli-September, dan kini November-Desember. Hingga Sabtu (24/12), Jepang mencatat 177.622 kasus Covid-19 dalam sehari dan rata-rata 162.358 kasus selama seminggu terakhir.

Jumlah kasus harian Covid-19 terus meningkat drastis sejak 11 Oktober lalu, di mana saat itu terdapat 11 ribu kasus virus korona dalam sehari.

Bacaan Lainnya

Tingkat kematian akibat Covid-19 di Jepang juga baru-baru ini mencapai 300 orang setiap harinya. seperti dilansir Kyodo News, pada 23 Desember, Jepang mencatat jumlah kematian tertinggi terkait virus korona sebanyak 371 sejak dimulainya pandemi.

Angka kematian tertinggi sebelumnya terjadi pada 2 September yakni 347 kasus saat gelombang ketujuh Covid-19 terjadi di Jepang.

Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah meningkatnya kematian anak pasien Covid-19.

seperti dikutip dari Japan Times, Jepang terus melihat serangkaian kasus di mana anak-anak yang sehat meninggal setelah terinfeksi Covid-19. Hal itu terjadi seiring merebaknya varian Omicron Covid-19 di Tanah Air.

Sebuah survei oleh Japan National Institute of Infectious Diseases menunjukkan bahwa sekitar setengah dari bayi dan anak-anak yang meninggal akibat Covid-19 di Jepang baru-baru ini tidak memiliki penyakit bawaan atau kondisi lain yang mendasarinya.

Menurutnya, hanya tiga pasien Covid-19 di bawah usia 20 tahun yang meninggal pada akhir tahun 2021 sebelum varian Omicron menyebar.

Namun, jumlah ini naik menjadi 41 kasus dalam delapan bulan pertama tahun 2022 yang bertepatan dengan lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron.

Analisis terhadap 29 dari 41 kematian akibat Covid-19 menunjukkan bahwa 14 orang memiliki gangguan sistem saraf pusat, penyakit jantung bawaan, atau kondisi lainnya. Sedangkan 15 pasien lainnya tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Dari 15 pasien, empat pasien berusia kurang dari 12 bulan, dua pasien berusia antara 1-4 tahun, dan sembilan pasien berusia 5 tahun atau lebih.

Sebagian besar pasien anak ini tiba di rumah sakit dengan demam dan/atau gangguan kesadaran. Lebih dari 60% pasien anak meninggal dalam waktu seminggu setelah dinyatakan positif Covid-19.

Kementerian Kesehatan Jepang menyebut kasus baru Covid-19 di kalangan orang di bawah usia 20 tahun memang meningkat sejak akhir Oktober.

Total ada sekitar 257.000 kasus Covid-19 di bawah usia 20 tahun sejak akhir Oktober hingga awal Desember. Angka itu hampir 30 persen dari seluruh infeksi Covid-19 di Jepang pada periode yang sama.

Jumlah kasus penularan flu juga meningkat sekitar 35 kali lipat menjadi 1.238 kasus sepekan sebelum 11 Desember. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan wabah flu dan Covid-19 terjadi secara bersamaan.

Tomohiro Katsuta, seorang profesor di St. Marianna di Kawasaki, Prefektur Kanagawa, mengatakan vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah anak-anak terinfeksi Covid-19.

“Orang tua harus mendapatkan informasi yang akurat tentang kemanjuran vaksin dan efek samping untuk memutuskan apakah akan memvaksinasi anak mereka, daripada mengesampingkan pilihan itu karena mereka khawatir tentang vaksinasi,” katanya.

Karena ada kekhawatiran akan wabah flu pada musim dingin ini, Katsuta menegaskan bayi dan anak-anak juga harus mendapat vaksin flu, karena flu dapat menyebabkan ensefalopati atau penyakit yang menyerang struktur dan fungsi otak.

Dia juga mengimbau kepada para orang tua untuk meliburkan anak-anak mereka jika merasa tidak enak badan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *