Korea Selatan Catat Kematian Pertama dalam Kasus amoeba Pemakan Otak

Ameba Pemakan Otak
Ameba Pemakan Otak
Ameba Pemakan Otak

Korea Selatan melaporkan kematian pertamanya akibat Naegleria fowleri atau biasa disebut “amoeba pemakan otak” pada Senin (26/12).
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengungkapkan bahwa pasien yang merupakan pria berusia 50 tahun itu meninggal tak lama setelah melakukan perjalanan dari Thailand.

KDCA mengatakan pria itu kembali ke Korea Selatan pada 10 Desember setelah empat bulan bertugas di Thailand.

Bacaan Lainnya

Dikutip The Straits Times, sehari setelah tiba di Korea Selatan atau pada 11 Desember, pria tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit. Dia kemudian meninggal pada 21 Desember.

Badan kesehatan Korea Selatan juga menjelaskan, untuk memastikan penyebab kematiannya, pihaknya melakukan tes genetik terhadap tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri.

Berdasarkan hasil tes gen pada tubuh laki-laki, 99,6 persen mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis yang dilaporkan di luar negeri.

Ini adalah kasus pertama penyakit semacam itu di Korea Selatan. Kasus pertama Naegleria fowleri dilaporkan di Virginia pada tahun 1937.

Naegleria fowleri adalah amoeba atau organisme hidup bersel tunggal yang hidup di tanah dan air tawar yang hangat. Mereka tinggal di tempat-tempat seperti mata air panas, danau, dan sungai, di seluruh dunia.

Ameba memasuki tubuh dengan menghirup melalui hidung dan berjalan ke otak.

KDCA menjelaskan bahwa gejala awal penyakit ini dapat berupa sakit kepala, demam, mual atau muntah, dan gejala lain yang menyebabkan sakit kepala parah dan leher kaku.

Masa inkubasi Naegleria fowleri biasanya berlangsung dua hingga tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari.

Namun, KDCA mengatakan penularan Naegleria fowleri dari manusia ke manusia tidak mungkin terjadi.

Meski begitu, pihaknya mengimbau warga untuk tidak berenang di area dan lingkungan yang berpotensi mengandung amoeba.

“Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang dan rekreasi, menggunakan air bersih saat bepergian ke daerah di mana kasus telah dilaporkan,” kata kepala KDCA Jee Young-Mee dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari Korea Herald.

Air bersih yang dimaksud adalah semua jenis air yang belum tercemar. Namun, KDCA juga menekankan bahwa orang tidak dapat tertular penyakit dengan meminum air yang terkontaminasi.

Mereka juga mencatat risiko infeksi Naegleria terjadi saat suhu air naik selama musim panas.

SUMBER : CNN INDONESIA

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *