

Serangan kelompok bersenjata di departemen Choco, di Kolombia, memaksa 9.800 penduduk mengunci diri di rumah mereka.
Otoritas setempat mengatakan “serangan” itu dilakukan oleh gerilyawan Tentara Pembebasan Nasional (ELN), di tengah negosiasi perdamaian yang sedang berlangsung dengan pemerintah.
“Menyusul pengumuman serangan bersenjata oleh pemberontak di departemen Choco, setidaknya 9.800 orang dari kotamadya Istmina, Medio San Juan, Sipi, dan Novita dikurung tanpa batas waktu, dengan pembatasan mobilitas, aktivitas sehari-hari, pengangkutan bahan makanan. dan makanan serta akses ke layanan kesehatan,” kata kantor ombudsman dalam pernyataan yang dikutip AFP, Sabtu (17/12).
Dalam dokumen yang dirilis pada Rabu (14/12), ELN melarang warga beraktivitas di kawasan tersebut, menyusul tudingan bahwa Santiago Caceres muda tewas pada Senin di tangan paramiliter yang bersekongkol dengan pemerintah.
Serangan bersenjata itu mendapat kecaman dari oposisi dan pemerintah sayap kiri, yang awal pekan ini mengatakan telah berhasil menyelesaikan putaran pertama perundingan damai dengan para pemberontak di Caracas.
Di akhir perbincangan, pemerintah dan ELN mengumumkan aksi kemanusiaan untuk mengurangi kekerasan, tepatnya di wilayah yang kini telah dilumpuhkan oleh pemberontak.
Lebih dari setengah abad pemerintahan Kolombia mengalami konflik antara negara dan berbagai kelompok gerilya sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan pengedar narkoba.
ELN adalah kelompok pemberontak terakhir yang diakui beroperasi di Kolombia, meskipun kelompok pembangkang FARC yang menolak menandatangani kesepakatan damai 2016 tetap aktif. Berdiri sejak 1964, ELN memiliki kekuatan sekitar 2.500 orang dan jaringan kolaborator yang luas.
Pada bulan November, pihak melanjutkan proses perdamaian yang telah ditangguhkan di bawah pemerintahan mantan presiden Ivan Duque.
sumber : CNN INDONESIA