

Presiden Rusia Vladimir Putin disebut masih memiliki posisi kuat meski Rusia kalah perang di Ukraina.
Sementara itu, Putin menghadapi banyak kemunduran dalam perangnya melawan Ukraina setelah menginvasi tetangga Rusia pada akhir Februari.
Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan Putin telah ditarik dari Kherson – satu-satunya ibu kota regional yang mereka pertahankan sejak awal perang – dan menghadapi kerugian besar di tangan militer Ukraina, yang didukung oleh pasokan dari negara lain termasuk Amerika Serikat. .
Banyak negara khawatir tentang langkah apa yang mungkin diambil Putin untuk mempertahankan kekuasaan saat kekalahan mendekat, yang beberapa berspekulasi bisa sama seriusnya dengan meluncurkan serangan nuklir.
John Mueller, seorang peneliti di Cato Institute, sebuah think-tank libertarian Amerika yang berkantor pusat di Washington DC, mengatakan Putin mungkin tidak harus ‘berjuang’ untuk tetap berkuasa bahkan jika dia kalah perang.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Luar Negeri, Mueller mengatakan bahwa beberapa kali dalam sejarah, para penguasa telah kalah perang, kadang-kadang bahkan memalukan, tetapi tetap menjabat meskipun berdampak pada reputasi mereka.
Dalam artikelnya, Mueller merujuk pada “kekalahan memalukan” pemimpin Mesir Abdel Nasser dalam perang 1967 melawan Israel dan diktator Irak Saddam Hussein, yang selamat dari beberapa perang.
Bahkan Amerika Serikat telah melihat hasil yang serupa, dengan Ronald Reagan mencalonkan diri kembali pada tahun 1984, hanya dua tahun setelah dia mengirim pasukan untuk membantu dalam perang saudara Lebanon sebelum dengan cepat menarik mereka setelah pemboman teroris menewaskan ratusan anggota dinasnya.
Masa depan politik Bill Clinton juga tidak terhalang setelah AS “mengalami kemunduran yang menghancurkan di Somalia” pada 1990-an.
Menurutnya, Putin bisa melihat keberuntungan politik yang sama, terlepas dari hasil perang.
“Secara keseluruhan, sejarah memberikan banyak contoh politisi, terutama di negara otokrasi, yang selamat dari bencana militer,” kata Mueller dikutip dari Newsweek, Kamis (12/1/2022).
“Mereka cenderung memiliki aparat keamanan yang substansial dan efektif di tempat-tempat yang dihuni oleh orang-orang yang nasibnya bergantung pada mereka,” imbuhnya.
Mueller memperingatkan bahwa sejarah dapat terulang kembali dan Putin dapat tetap menjabat selama perang Ukraina dan seterusnya, terlepas dari siapa yang menang.
Itu bisa berarti Putin akan secara dahsyat meningkatkan perang tanpa takut hal itu berdampak pada kekuasaan politiknya.
Sementara itu, keputusan Putin untuk meningkatkan perang membawa implikasi bagi Amerika Serikat, tambahnya, terutama karena AS dan negara-negara Barat lainnya yakin Putin akan berusaha mempertahankan kekuasaannya.