

Jakarta, CNBC Indonesia – Angka yang merupakan basis data yang memeringkat kota-kota di dunia berdasarkan statistik. Situs webnya merilis kota dengan indeks kualitas hidup terbaik di dunia. Ironisnya, Jakarta malah berada di urutan paling bawah.
Pembangunan manusia memiliki arti yang luas. Namun, gagasan dasar pembangunan manusia itu sendiri adalah pertumbuhan positif di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan, serta perubahan kesejahteraan manusia.
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan wilayah kerjanya apabila dapat mewujudkan kualitas hidup yang baik bagi warganya.
Di Indonesia sendiri, salah satu indikator untuk mengukur kualitas hidup dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator penjelas bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.
IPM sendiri terdiri dari 4 (empat) komponen pembentuk yaitu Angka Harapan Hidup Saat Lahir (UHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan Pengeluaran Per Kapita/Tahun Disesuaikan (PPP).
Konsep pengukuran pembangunan di Jakarta berbeda dengan perhitungan Numbeo. Indikator pembangunan IPM dapat dilihat dari yang pertama yaitu kecepatan IPM, hal ini menggambarkan intensitas upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pembangunan manusia dalam suatu periode.
Kedua, pengukuran status IPM menggambarkan tingkat pencapaian pembangunan manusia pada suatu periode di mana IPM sangat tinggi berada di atas 80, tinggi berada pada kisaran 70-79,9 sedangkan sedang akan berada pada kisaran 60-69 dan rendah. berada di bawah 60.
Jika Numbeo menggunakan indikator indeks daya beli, indeks kesehatan, indeks biaya hidup, indeks harga properti terhadap pendapatan, indeks populasi, indeks polusi, dan indeks iklim.
Sedangkan konsep pembangunan manusia di Jakarta diukur dengan pendekatan dasar manusia tiga dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup yang layak.
Jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Provinsi DKI Jakarta naik lagi sebesar 0,67% menjadi 81,65.
Kenaikan tersebut juga lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,42%. Namun, selama periode 2018-2022, IPM DKI Jakarta terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2018 tercatat sebesar 80,47 dan meningkat sebesar 1,18 poin menjadi 81,65 pada tahun 2022 atau tumbuh 1,47 persen selama 5 tahun terakhir.
Jika dilihat, selama periode 2018-2020 pertumbuhan IPM DKI Jakarta mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan terbesar pada tahun 2020 yang hanya tumbuh 0,01 persen. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu alasan menahan laju IPM pada tahun 2020.
Namun, kekhawatiran IPM DKI Jakarta yang melambat sejak 2018 kembali memberikan optimisme dengan berlanjutnya penguatan pertumbuhan IPM pada 2021 dan 2022.
Penanganan Pandemi Covid-19 yang berjalan dengan baik disertai dengan proses pemulihan ekonomi yang terus berlanjut dan makin kuat telah mendukung pembangunan manusia yang lebih baik di Jakarta.
IPM Provinsi DKI Jakarta juga masih tertinggi di Indonesia dengan status IPM Sangat Tinggi (nilai di atas 80) bersama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jika dibandingkan dengan capaian IPM Indonesia, DKI Jakarta selalu menduduki peringkat tertinggi di antara 34 provinsi di Indonesia.
Bahkan secara total, IPM Indonesia yang mencerminkan rata-rata IPM 34 provinsi sebesar 72,91 jauh di bawah IPM DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan tingginya disparitas pencapaian pembangunan manusia antar provinsi
Nilai komponen pembentuk IPM DKI Jakarta tahun 2022 antara lain adalah angka harapan hidup saat lahir (UHH) yaitu 73,32 tahun, kedua usia harapan sekolah (HLS) adalah 13,08 tahun dan rata-rata lama sekolah (RLS). adalah 11,31 tahun. dan terakhir penyesuaian belanja per kapita (PPP) sebesar Rp 18,93 juta.