

Jakarta, CNN Indonesia — Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin ikut menyoroti jutaan pengikut di media sosial (followers) yang disebut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebagai modal suara di pemilu.
Menurut Ujang, jumlah followers media sosial itu tidak dapat langsung dikonversikan menjadi jumlah dukungan pada surat suara di tempat pemungutan suara (TPS).
“Followers jutaan itu tidak serta merta menjadi konversi suara, itu hanya untuk modal dasar untuk berkampanye saja. Konversi suara itu bukan karena persoalan followers yang jumlahnya banyak itu, tidak berbanding lurus dengan suara di partai atau suara pilihan capres maupun cawapres,” ujar Ujang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (31/1).
Jumlah followers, jelas Ujang, merupakan modal dalam politik, yakni untuk pencitraan. Ujang menjelaskan perihal eksekusi suara itu bukan karena jumlah followers melainkan karena banyak faktor, mulai dari program, kebijakan, hingga politik uang (money politics).